Dawet Ireng: Minuman Legendaris Purworejo dengan Warna Hitam Alami yang Memikat Rasa

IDNSuara.com - Dawet Ireng, Merupakan minuman khas Purworejo, Jawa Tengah, Yang memiliki daya tarik unik yang membedakannya dari dawet pada umumnya. Selain rasanya yang segar dan manis, warna hitam pekat pada cendolnya menjadi ciri khas yang tidak bisa dilewatkan. Warna ini bukan berasal dari pewarna buatan, melainkan dari bahan alami berupa abu merang (jerami padi yang dibakar). Tradisi ini telah berlangsung sejak lama, menjadikan Dawet Ireng sebagai salah satu ikon kuliner tradisional Purworejo yang populer .

Berikut Ini Sejarah Singkat Dawet Ireng: Warisan Tradisi yang Tetap Hidup.

Kalau bicara soal Dawet Ireng, kita

nggak cuma bicara tentang minuman segar khas Purworejo, tapi juga tentang sebuah tradisi yang sudah hidup selama puluhan tahun. Minuman ini bukan hanya pelepas dahaga Saja, Melainkan juga simbol budaya lokal yang kaya akan cerita. Sejarahnya dimulai dari tangan seorang tokoh bernama Mbah Ahmad Dansri pada tahun 1950-an. Beliau adalah sosok yang pertama kali memperkenalkan Dawet Ireng kepada masyarakat, dan siapa sangka, minuman sederhana ini akhirnya menjadi ikon kuliner Purworejo yang terkenal.

Awalnya, Dawet Ireng dijual dengan cara yang sangat tradisional. Mbah Ahmad Dansri berkeliling sawah sambil membawa dagangannya untuk menyegarkan para petani yang sedang bekerja di bawah terik matahari. Bisa

dibayangkan, di tengah lelahnya panen padi, segelas Dawet Ireng dengan kuah santan gurih dan manisnya gula merah pasti jadi penyemangat tersendiri. Dari sinilah Dawet Ireng mulai dikenal dan disukai banyak orang dari berbagai kalangan.

Setelah Mbah Ahmad meninggal dunia, usaha ini tidak berhenti begitu saja. Anak-anak dan cucunya melanjutkan tradisi ini dengan penuh dedikasi. Mereka menjaga resep asli dan cara pembuatannya agar tetap autentik seperti yang diajarkan oleh Mbah Ahmad. Hingga kini, Dawet Ireng masih menjadi kebanggaan Purworejo, bahkan semakin populer di kalangan wisatawan yang datang ke daerah ini.

Salah satu tempat paling terkenal untuk menikmati Dawet Ireng adalah di kawasan Jembatan

Butuh, Purworejo. Di sini, ada sebuah warung legendaris yang dikenal dengan nama unik "Es Dawet Jembut Kecabut." Nama ini memang sering bikin orang penasaran atau bahkan tersenyum geli saat mendengarnya. Tapi jangan salah paham dulu! Nama tersebut sebenarnya adalah singkatan dari "Jembatan Butuh Kecabut," merujuk pada lokasi warung yang berada di sebelah timur Jembatan Butuh. Kreatif banget kan?

Warung ini sudah menjadi semacam destinasi wajib bagi siapa saja yang berkunjung ke Purworejo. Selain karena rasanya yang autentik, suasana tradisionalnya juga menambah daya tarik tersendiri. Bayangkan duduk di bawah rindangnya pohon sambil menyeruput segelas Dawet Ireng dingin—benar-benar pengalaman sederhana tapi berkesan.

Yang menarik dari Dawet Ireng Yaitu proses pembuatannya yang masih mempertahankan cara-cara tradisional Loh Sob!!. Warna hitam pekat pada cendolnya berasal dari abu merang, yaitu hasil pembakaran jerami padi. Abu merang ini dilarutkan dalam air dan disaring untuk menghasilkan cairan hitam alami yang kemudian dicampurkan ke dalam adonan cendol. Selain memberikan warna khas, abu merang juga dipercaya memiliki manfaat kesehatan karena sifat alaminya.

Dengan segala kesederhanaan Serta kekhasannya, Dawet Ireng bukan hanya sekadar minuman pelepas dahaga Saja loh Sobat !!, Ia Juga bagian dari identitas budaya Daerah Purworejo yang terus dilestarikan hingga kini. Setiap gelasnya mengandung cerita panjang tentang kerja keras, inovasi lokal, dan cinta terhadap tradisi lokal Masyarakat.

Jadi, kalau suatu hari kamu berkesempatan mampir ke Purworejo, jangan lupa untuk mencicipi langsung Dawet Ireng di tempat asalnya. Rasanya bukan cuma menyegarkan tenggorokan, tapi juga menghangatkan hati dengan cerita sejarah di baliknya!

 

Proses Pembuatan yang Masih Tradisional

Keunikan Dawet Ireng tidak hanya terletak pada rasanya, tetapi juga proses pembuatannya yang masih tradisional. Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat Dawet Ireng:

Berikut Ini Bahan- Bahan membuat Cendol:

- 75 gram tepung beras

- 60 gram tepung tapioka

- 2-3 sdm abu merang (larutkan dengan sedikit air)

- Sejumput garam

- 700 ml air

Bahan Membuat Kuah Santan:

- 600 ml santan sedang

- 2 lembar daun pandan

- Sejumput garam

Bahan Sirup Gula Merah:

- 300 gram gula merah, sisir halus

- 300 ml air

- 2 lembar daun pandan

Berikut ini Cara Membuatnya:

1. Cendol: Campurkan tepung beras, tepung tapioka, larutan abu merang, garam, dan air dalam panci. Masak sambil diaduk hingga adonan mengental. Setelah matang, masukkan ke dalam cetakan cendol dan tekan ke wadah berisi air es untuk membentuk cendol.

2. Kuah Santan: Rebus santan bersama daun pandan dan garam hingga mendidih sambil terus diaduk agar santan tidak pecah.

3. Sirup Gula Merah: Rebus gula merah bersama air dan daun pandan hingga gula larut dan sirup mengental.

Saran Untuk Penyajian:

Dalam gelas saji, masukkan cendol hitam secukupnya. Tambahkan es batu, tuangkan kuah santan dan sirup gula merah. Dawet Ireng siap dinikmati!

 

Keunikan Abu Merang: Rahasia di Balik Warna Hitam Pekat Dawet Ireng !!

Kalau Dawet Ireng adalah bintang utama, maka abu merang adalah pemeran pendukung yang diam-diam mencuri perhatian. IYA, abu merang inilah yang menjadi kunci utama di balik warna hitam pekat cendol khas Purworejo ini. Tapi tunggu dulu Sob !!, jangan langsung membayangkan abu yang kotor atau berantakan, ya. Abu merang ini dibuat dengan proses yang sangat rapi dan penuh perhitungan Lohh. Bahkan, bisa dibilang, ini adalah seni tersendiri dalam dunia kuliner tradisional.

Jadi, apa sebenarnya abu merang itu? Sederhananya, abu merang adalah hasil pembakaran jerami padi. Jerami yang sudah kering dibakar hingga menjadi abu halus. Proses ini nggak asal-asalan, lho. Harus dipastikan abu yang dihasilkan benar-benar bersih dan bebas dari kotoran lain. Setelah itu, abu ini dilarutkan dalam air dan disaring untuk mendapatkan cairan hitam alami yang nantinya dicampurkan ke dalam adonan cendol. Hasilnya? Cendol dengan warna hitam pekat yang cantik dan autentik.

Nah, di sinilah letak keunikannya. Warna hitam pada Dawet Ireng bukan berasal dari pewarna buatan seperti kebanyakan makanan modern saat ini. Sebaliknya, warna tersebut berasal dari bahan alami yang sudah digunakan secara turun-temurun. Ini bukan hanya soal estetika, tapi juga soal menjaga tradisi dan keaslian rasa.

Lucunya, waktu pertama kali saya dengar tentang abu merang ini, saya sempat mikir, "Masa sih abu bisa dimakan?" Tapi setelah tahu lebih banyak tentang proses pembuatannya, saya jadi paham bahwa abu merang sebenarnya punya banyak manfaat. Selain memberikan warna khas pada cendolnya, abu merang juga dipercaya memiliki sifat detoksifikasi alami. Jadi nggak cuma bikin Dawet Ireng terlihat memikat, tapi juga memberikan manfaat kesehatan. Bonus banget kan?

Oh iya, ada satu cerita menarik soal abu merang ini. Katanya, beberapa pembuat Dawet Ireng tradisional punya "resep rahasia" sendiri untuk menghasilkan abu merang terbaik. Ada yang bilang kalau jenis jerami padi tertentu menghasilkan warna hitam yang lebih pekat dan rasa cendol yang lebih enak. Bahkan ada juga yang percaya bahwa waktu pembakaran jerami—apakah pagi atau sore—bisa memengaruhi kualitas abunya! Wah, siapa sangka ya kalau ada sains kecil-kecilan di balik segelas dawet?

Tapi tentu saja, proses menggunakan abu merang ini membutuhkan ketelitian ekstra. Nggak boleh asal-asalan karena kalau salah langkah sedikit saja, hasilnya bisa berbeda jauh dari harapan. Itu sebabnya Dawet Ireng autentik buatan Purworejo tetap terasa istimewa—karena dibuat dengan penuh dedikasi dan perhatian terhadap detail.

Jadi lain kali kalau kamu menikmati segelas Dawet Ireng, jangan cuma fokus pada rasa manisnya saja (meskipun itu memang bikin nagih). Ingat juga bahwa ada proses panjang dan tradisi kaya di balik warna hitam pekat cendolnya—semua berkat abu merang yang sederhana tapi luar biasa ini. Siapa sangka sesuatu yang terlihat "biasa aja" seperti jerami padi bisa berubah jadi elemen penting dari minuman legendaris Ini? Ah, memang benar ya kalau kata orang tua dulu: jangan remehkan hal kecil—kadang justru itu yang bikin hidup lebih berwarna, Atau dalam kasus ini… lebih hitam! 

 

Kenikmatan Tradisional yang Tak Tergantikan: Dawet Ireng, Minuman Legendaris dari Purworejo

Kalau ada minuman yang bisa menyatukan semua orang dari berbagai latar belakang—dari petani di sawah hingga wisatawan yang penasaran dengan kuliner lokal—Dawet Ireng adalah jawabannya. Minuman khas Purworejo ini bukan hanya soal rasa manis dan segarnya, tapi juga tentang cerita panjang yang melekat di setiap tetesnya. Dengan harga yang sangat ramah di kantong (sekitar Rp8.000 per porsi, lho!), Dawet Ireng berhasil mempertahankan posisinya sebagai favorit lintas generasi. Dan jujur saja, siapa sih yang bisa menolak semangkuk cendol kenyal dengan kuah santan gurih dan sirup gula merah legit di tengah hari panas?

Tapi tunggu dulu, Dawet Ireng itu lebih dari sekadar minuman pelepas dahaga. Ia adalah bagian dari identitas budaya Purworejo yang terus dijaga dan dilestarikan hingga sekarang. Ketika kamu menikmati Dawet Ireng, kamu nggak cuma menyeruput minuman tradisional Aja, Melainkan juga ikut merasakan warisan sejarah yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Rasanya seperti mendapatkan bonus nostalgia dalam setiap tegukan!

 

Harga Terjangkau, Rasa Tak Tergantikan

Salah satu hal yang bikin Dawet Ireng begitu dicintai adalah harganya yang bersahabat. Bayangkan, dengan uang Rp8.000 saja kamu sudah bisa menikmati segelas kesegaran tradisional ini. Di zaman sekarang, di mana harga es kekinian bisa mencapai puluhan ribu rupiah, Dawet Ireng adalah bukti bahwa kenikmatan sejati nggak selalu harus mahal Sob!.

Dan jangan salah, meskipun murah meriah, kualitas rasa Dawet Ireng tetap juara. Kuah santannya gurih tapi nggak bikin enek, sirup gula merahnya manis pas tanpa terasa berlebihan, dan cendol hitamnya kenyal dengan tekstur sempurna. Kombinasi ini menciptakan harmoni rasa yang sulit dilupakan—kayak lagu favorit yang terus terngiang-ngiang di kepala.

 

Bisa Dicoba di Rumah Aja!

Nah, bagi kamu yang belum sempat mencicipinya langsung di Purworejo (atau mungkin belum sempat mudik ke sana), jangan khawatir! Kamu tetap bisa menghadirkan cita rasa autentik Dawet Ireng di rumah sendiri. Resepnya cukup sederhana dan bahan-bahannya juga mudah ditemukan di pasar tradisional atau supermarket terdekat.

Berikut langkah singkatnya: buat cendol hitam dari campuran tepung beras, tepung tapioka, dan larutan abu merang (jangan lupa saring abu merangnya biar bersih!). Untuk kuah santan, rebus santan dengan daun pandan dan sedikit garam sampai harum. Lalu siapkan sirup gula merah dari gula aren asli agar rasanya lebih otentik. Tinggal gabungkan semuanya dalam gelas saji bersama es batu, dan voilà! Kamu sudah punya Dawet Ireng versi rumahan hehehe !!.

 

Kenapa Sihh Harus Coba Dawet Ireng?

Selain rasanya yang nikmat Pake Bingitss !! Juga menyegarkan Dahaga, ada sesuatu yang istimewa saat menikmati Dawet Ireng: perasaan terkoneksi dengan tradisi lokal. Ini bukan sekadar minuman; ini adalah pengalaman budaya. Setiap seruputannya seperti mengajak kita kembali ke masa lalu—ke sawah-sawah Purworejo pada tahun 1950-an ketika Mbah Ahmad Dansri pertama kali menjajakan minuman ini kepada para petani.

Dan kalau boleh jujur, ada kebanggaan tersendiri saat tahu bahwa kita sedang menikmati sesuatu yang dibuat dengan penuh cinta dan dedikasi selama bertahun-tahun. Rasanya seperti menjadi bagian kecil dari cerita besar Dawet Ireng itu sendiri.

Pada Akhirnya: Segelas Tradisi dalam Genggaman yang penuh dengan Cerita unik dan Menarik!!

Dawet Ireng adalah bukti nyata bahwa hal-hal sederhana bisa membawa kebahagiaan luar biasa. Dengan harga terjangkau dan rasa autentik yang tak tergantikan, minuman ini berhasil mempertahankan pesonanya di tengah gempuran tren kuliner modern. Jadi, kalau kamu berkesempatan mengunjungi Daerah Purworejo suatu hari nanti, jangan lupa mampir untuk mencicipi langsung Dawet Ireng asli dari tempat asalnya. Tapi kalau belum sempat ke sana, nggak ada salahnya mencoba membuat sendiri di rumah—siapa tahu kamu malah jadi ahli Dawet Ireng dadakan!

Dan ingatlah satu hal: meskipun dunia berubah cepat dengan segala kemewahan teknologi dan gaya hidup modern, segelas Dawet Ireng mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati sering kali tersembunyi dalam hal-hal sederhana—seperti cendol hitam kenyal dalam kuah santan manis nan gurih ini. Ah… nikmat mana lagi yang kau dustakan !! Xixixi 😂

 

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.

Related Articles